BBM Non-Subsidi Langka: Antara Nggak Laku dan Nggak Ada

Geger. Itu kata yang pas buat menggambarkan situasi antrean panjang di beberapa SPBU Shell dan BP AKR belakangan ini. Bukan karena diskon gede-gedean, tapi karena stok BBM-nya kosong melompong! Saya sampai ngecek mata, jangan-jangan saya salah lihat. 

Ini Jakarta, lho, bukan pelosok antah-berantah. Wamen ESDM bilang, biang keroknya karena mereka cuma mau jual BBM di harga yang mahal. Data mengejutkan: 7 dari 10 pemilik kendaraan di Jakarta ngaku pernah kesulitan nyari BBM di SPBU non-Pertamina ini. "Udah harganya selangit, eh malah nggak ada. Terus suruh isi ke mana ini motor?" keluh Pak Budi, driver ojol langganan, sambil menghela napas panjang.

​Harga Bikin Galau, Stok Bikin Pensiun Dini
​Jadi intinya, Shell dan BP AKR ini ogah rugi kalau jual BBM di bawah harga keekonomian. Mereka cuma mau jual BBM di level harga tertentu yang menguntungkan mereka. 

Kalau harganya nggak cocok, ya udah, nggak diisi stoknya. Ini kayak kita ke restoran mewah, udah siap-siap bayar mahal, eh taunya makanannya habis karena koki nggak mau rugi masak bahan-bahan mahal. Kan kesel!

​Wamen ESDM bilang, ini karena mekanisme pasar. Oke, mekanisme pasar. Tapi apakah mekanisme pasar itu artinya seenaknya sendiri bikin stok kosong, padahal di sisi lain, BBM ini kebutuhan pokok? Padahal, BBM non-subsidi kan katanya buat yang mampu, yang nggak perlu subsidi negara. 

Tapi kalau yang mampu aja susah nyarinya, ini namanya gimana? Apa memang mereka ini lagi main kucing-kucingan sama pemerintah soal harga?
​Jadi, BBM Ini Bisnis Atau Kebutuhan Rakyat?
​Ini bukan cuma soal Shell atau BP AKR, tapi soal ketersediaan energi di negara kita. 

Kalau penyedia BBM swasta seenaknya kosongin stok demi keuntungan, terus nasib konsumen gimana? Apa kita harus kembali ke zaman dulu, bawa jerigen ke pom bensin Pertamina yang antreannya panjang banget? 

Apakah memang bisnis BBM ini hanya boleh menguntungkan satu pihak saja? Atau, sampai kapan kita harus berhadapan dengan situasi di mana kebutuhan dasar rakyat jadi korban tarik ulur kepentingan bisnis semata?

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak