![]() |
Ilustrasi Bendera One Piece |
POV.Rakyat - Geger. Itu kata yang pas buat menggambarkan situasi sekarang. Bayangin, di tengah hiruk pikuk persiapan HUT RI ke-80, tiba-tiba muncul statemen mengejutkan. Menteri HAM Natalius Pigai bilang, bendera bajak laut One Piece bisa dianggap makar. Makar, lho! Saya sampai ngecek kalender, jangan-jangan saya salah tanggal. Ini 2025, bukan 1965, kan?
"Duh, saya kira negara ini udah paling santuy sama ekspresi anak muda. Lha kok sekarang bendera kartun aja bisa bikin dilarang keras," keluh Rina, mahasiswa semester akhir yang lagi asyik bikin story Instagram soal bendera Jolly Roger di motornya. "Padahal, itu kan cuma lucu-lucuan, Pak. Bentuk ekspresi aja."
Dari Bendera Kartun Sampai Kasus Mangkrak
Katanya ada dua otoritas negara: Integritas Nasional dan Stabilitas Negara. Oke, masuk akal. Tapi apa iya, bendera One Piece yang nongol di truk atau depan rumah warga itu bakal merongrong integritas negara? Apa iya, negara kita yang segede ini bisa goyah cuma gara-gara simbol tengkorak topi jerami? Rasanya kok lebih gampang goyah gara-gara listrik mati pas lagi mabar, ya?
Lihat saja viralnya bendera Jolly Roger di mana-mana. Anak muda pasang di motor, bapak-bapak ngibar di depan rumah. Ada yang bilang itu bentuk perlawanan, ada juga yang nyeletuk itu cuma kreativitas. "Daripada ngurusin bendera kartun yang niatnya cuma seru-seruan, mending fokus tuntaskan kasus HAM era Orba yang mangkrak. Itu baru namanya Integritas Nasional," celetuk Pak Budi, pensiunan PNS yang lagi nyeruput kopi di warung pojok. Suaranya datar, tapi menusuk.
Jadi, Sekarang Kita Takut Sama Simbol Fiksi?
Ini yang bikin geleng-geleng. Hak kebebasan berekspresi dijamin undang-undang, tapi kok jadi abu-abu kalau sudah menyangkut hal yang receh begini? PBB aja dibilang bakal menghargai sikap pemerintah. Menghargai apa? Menghargai negara yang paranoid sama bendera bajak laut? Atau menghargai negara yang prioritaskan hal remeh temeh dibanding isu fundamental? Apa jangan-jangan, kita ini terlalu sering menganggap sepele hal besar, dan terlalu serius sama hal sepele? Atau memang ada agenda lain di balik kegaduhan bendera ini?