POV.Rakyat -- Data perbandingan biaya proyek kereta cepat Indonesia (Whoosh) versus Arab Saudi (Land Bridge) ini bikin mata melotot. Whoosh cuma 142 km, biayanya sekitar $7,27 miliar (Rp 113 T).
Arab Saudi? Mereka bangun 1.500 km, biayanya hanya $7 miliar (Rp 112-116 T)! Perhitungan per kilometer (KM) menunjukkan: biaya Whoosh 10 sampai 13 kali lipat lebih mahal! Sampai Rp 991 miliar per KM, lho! Saya sampai ngecek kalkulator, jangan-jangan salah hitung.
"Gila ya, ini bikin kereta apa bikin jalan dari emas? Kalau segitu mahalnya, berarti jalurnya disepuh berlian, ya?" celetuk Pak Eko, pedagang kaki lima, geleng-geleng kepala.
Pemerintah beralasan: Topografi Jawa Barat yang berbukit dan padat penduduk, harus bikin 13 terowongan dan 7 jembatan. Pengadaan lahan juga makan biaya besar, beda sama Arab Saudi yang tanahnya datar dan sepi.
Oke, masuk akal. Tapi apa iya bedanya harus sampai 13 kali lipat? Ini ibaratnya kita mau beli mobil yang sama, tapi karena rumah kita di gang sempit, harganya jadi 13 kali lipat dari tetangga sebelah.
Ada lagi faktor skema pinjaman dari China yang bikin biaya finansial (bunga utang) nambah Rp 6,1 triliun, plus pembengkakan harga material dan pajak lahan. Intinya, semua faktor "lokal" ini jadi penyumbang biaya signifikan.
Pertanyaannya, kenapa perencanaan awal bisa sebegitu melesetnya, seolah-olah baru sadar kalau di Jawa Barat itu banyak bukit pas proyek sudah jalan? Komponen biaya yang numpuk ini bikin kita bertanya: ini proyek infrastruktur atau proyek financial engineering?
Meskipun biayanya semahal ini, pemerintah keukeuh mau lanjutin proyek Whoosh sampai Surabaya. Katanya sudah bawa manfaat mobilitas. Benar, Whoosh memang bermanfaat.
Tapi, dengan biaya fantastis yang sampai sekarang masih cari skema agar utangnya nggak membebani APBN, apakah kita harus terus memaksakan diri? Pelajaran apa yang benar-benar kita ambil dari fase pertama ini? Apakah kita harus siap-siap lagi melihat biaya per kilometer tembus Rp 1 triliun untuk fase berikutnya? Dan yang paling penting: utang ini ujung-ujungnya dibayar sama siapa, ya?
Tags
Rakyat Bicara Fakta