Pagi ini, gedung DPR kembali diramaikan suara mahasiswa. Mereka bukan mau wisuda, tapi menuntut janji. Ada 17+8 tuntutan rakyat yang diusung, mulai dari stabilisasi harga bahan pokok sampai pemberantasan korupsi. Ini bukan angka main-main lho, ini representasi masalah yang dirasakan jutaan orang. Data survei cepat kami menunjukkan, 8 dari 10 warga merasa tuntutan mahasiswa ini sangat relevan dengan kondisi mereka. "Bagus, biar tahu rasa tuh para wakil rakyat! Jangan cuma nongkrong di gedung mewah, tapi lupa sama rakyatnya," celetuk Bu Siti, pemilik warung nasi, sambil menunjuk ke arah TV yang menyiarkan aksi tersebut.
Aksi Damai, Responnya Gimana?
Mahasiswa datang dengan aksi damai, teriak-teriak pakai toa, bawa poster, tapi pertanyaannya, didengar tidak ya oleh para anggota dewan yang terhormat? Ini ibaratnya kita lagi teriak minta tolong di dalam sumur, tapi yang di atas lagi asyik nge-scroll TikTok. Kan sebel! Dulu, DPR digadang-gadang sebagai wakil rakyat. Sekarang, kayaknya lebih mirip satpam yang cuma jaga gerbang, tapi nggak tahu isi rumahnya berantakan kayak apa.
Tuntutan-tuntutan ini bukan hal baru. Sudah sering digaungkan, tapi penanganannya selalu saja abu-abu. Apa memang sengaja diabaikan? Atau para dewan sibuk dengan urusan lain yang lebih "penting" daripada masalah rakyat? Jangan-jangan mereka lagi sibuk milih menu makan siang atau main game online di ruang rapat, makanya nggak dengar suara rakyat di luar.
Kapan DPR Benar-benar Jadi Wakil Rakyat, Bukan Wakil Partai?
Aksi ini jadi pengingat keras. Mahasiswa ini kan generasi penerus, mereka yang bakal merasakan dampak kebijakan hari ini. Kalau dari sekarang sudah kritis dan menuntut, artinya ada yang salah dengan jalannya negara. Jadi, sampai kapan para wakil rakyat kita ini cuma jadi patung di gedung mewah? Kapan mereka akan benar-benar turun ke bawah, mendengar, dan melaksanakan amanah rakyat? Atau, apakah label "wakil rakyat" itu cuma formalitas biar bisa duduk manis dan dapat gaji besar?
